Menyikapi Konflik
Oleh : KH Abdullah Gymnastiar
ManajemenQolbu.Com :
Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, Allahuma shalli ‘ala Muhammad wa’ala aalihi
waashahbihii ajmaiin, amma ba’du. Saudara-saudaraku , berita sedih yang kita
saksikan sekarang ini adalah hubungan
yang kurang baik antara Indonesia dan Malaysia , beberapa TKI Indonesia
dicambuk oleh hukum Malaysia yang membuat prihatin beberapa tokoh kita
,kemudian kejadian di Medan ketika ada beberapa turis malaysia yang tertahan,
ditambah lagi demo di Jakarta mengguncang pagar kedutaan Malaysia sampai-sampai
pejabat Malaysia mengeluarkan statement untuk melarang kunjungan ke Indonesia
untuk sementara,itu semua tentu didasari
karena menginginkan warganya selamat.
Dalam hal ini kita
tidak akan masuk ke wilayah politik dan
tidak ikut campur dalam masalah politik,, tetapi hanya ingin menyimak betapa
kita harus mengambil pelajaran bahwa tindakan balas membalas itu cenderung
destruktif, kita bertetangga serumpun
dan sebagainya tetapi kalau marah ternyata tindak pembalasan itu cenderung
semakin menjauhkan.
Dalam bertetangga ,
misalkan piring ,sendok dan garpu peluang untuk berbenturan atau konflik ringan
diantaranya sangat memungkinkan ada dan dapat dimaklumi ,dalam kehidupan
bertetangga sudah sunatullah terjadi perbedaan
begitupun di rumah tangga antara suami dan istri . Tindakan-tindakan
konflik yang kemudian disertai dengan tindakan emosional dari kedua belah pihak
itu cenderung seperti bensin yang disiramkan ke api, kita harus melatih diri
sekuat tenaga kalau ada konflik itu segera teredam secepatnya, karena jika
sudah merebak membakar akan seperti api , semakin luas dan semakin sulit
memadamkannya.
Saudara-saudaraku
balas membalas itu ujungnya adalah makin saling menghancurkan, dimana saja
Israel menggempur,wajar dibalas oleh palestina begitupun sebaliknya Israel
merasa wajar untuk membalas lagi ,akibatnya hancur-hancuran dari kedua belah
pihak.Marilah kita sedikit mentafakuri kalau ada konflik akan lebih baik jika
kita upayakan sekuat tenaga agar jangan sampai membesar yaitu dengan cara ; pertama kita harus menyadari bahwa konflik itu
merupakan suatu bagian sunatullah yang akan selalu ada terus, kita tidak boleh
bersemangat untuk membela diri sampai akhirnya menjadi amunisi untuk membakar
lebih besar, jadi andaikata nanti ada konflik mudah-mudahan kita segera
bersemangat untuk mencegah agar tidak
merebak , tidak boleh melebar , tidak boleh menghancurkan . Semangat
seperti ini harus sudah ada sejak
awal,ketika suami istri berbeda pendapat tidak boleh hancur-hancuran,
tidak boleh kehidupan rumah tangga jadi runyam.
Lalu bagaimana agar
konflik yang ada tidak melebar ,caranya adalah dengan cara memahami dari sudut
orang lain, kalau kita memahami dari sudut pandang kita sendiri biasanya akan
cenderung membakar emosi kita, kita mungkin merasa tidak enak ketika kita punya
saudara yang dicambuk , tetapi mungkin saudara kita yang di Malaysia mengatakan
“ siapa yang suruh masuk ke Malaysia illegal ? sudah jelas aturannya
, kita di Indonesia pasti tidak akan mau
ada orang yang masuk ke Indonesia dengan tanpa paspor , memang memahami ini
belum tentu membenarkan tapi dengan memahami orang lain itu akan membuat kita
lebih tekendali percayalah kita butuh keterampilan untuk lintas berpikir tidak
hanya dari sisi kita , ini bukan masalah menilai apa dan siapa tapi hikmah bagi
kita agar belajar untuk menilai diri tidak hanya dari sisi kita . Memahami
sudut pandang orang lain ,memahami alasan-alasan orang lain akan membuat kita
Insya Allah lebih bijak dalam melakukan tindakan apapun.
Saudara-saudaraku
sekalian yang kedua jika kita telah memahami orang lain ,
kemudian jika kita akan membuat pernyataan usahakan pernyataan apapun yang kita
lakukan tidak bersifat menyerang karena prinsip dasar manusia siapapun selalu
ingin dihargai , siapapun dan serendah apapun status sosialnya dalam pandangan
manusia tetap saja ingin eksis , jadi setiap perkataan , sikap statement kita
yang akan membuat orang merasa tidak dihargai, orang tersebut akan bangkit
membela diri bahkan tidak jarang akan bangkit kembali menyerang , jadi marilah
kita berusaha sekuat tenaga sesudah kita agar memahami untuk kemudian kita
selesaikan masalah tanpa merasa ada yang dipojokan , merasa direndahkan ,
merasa dipersalahkan , sebuah perumpamaan bahasa sunda sangat cantik sekali
sebenarnya “laukna beunang caina herang” ikannya dapat airnya bening ,
ini yang penting , kita sudah banyak sekali masalah di dalam negeri , konflik
begitu banyak sekali , kita harus berjuang sekuat tenaga supaya dalam
menyelesaikan masalah tidak menimbulkan masalah baru , nah rahasianya kita
memang harus sekuat tenaga untuk mengendalikan diri kita agar tindakan dan
pernyataan kita tidak sampai melukai hati orang lain.
Satu berita musibah
terakhir dari sebuah Universitas di Semarang salah seorang mahasiswi barunya
meninggal dunia setelah mengikuti pekan orientasi , ini benar-benar menyedihkan
, sore hari dibawa dulu kerumah oleh panitianya sudah dalam keadaan sakit , dan
jam 11 kurang ¼ malam itu meninggal dunia , betapa pedih hati orang tuanya akibat
dari tindakan ini,semua goncang, kampus harus bertanggung jawab , senior
bertanggung jawab .Oleh karena itu
tindakan-tindakan dalam mendidik mahasiswa baru tidak harus berlebihan
sehingga hanya akan menjadi musibah besar seperti ini. Musibah terakhir yang
aktual adalah tentang dua polisi yang dibakar masyarakat di Kuningan , Bapak
Polisi ini sedang berpakaian preman kemudian melihat ada pencuri motor.
Kemudian naluri polisinya membuat harus bertindak lalu dikejar dan meloloskan
diri hingga terjadi kejar-kejaran , dan sampai di suatu tempat maling inilah
yang berteriak maling sehingga polisi ini dikejar oleh beberapa orang di sana
termasuk yang emosional , lalu ditangkap dipukuli , disiram bensin dan dibakar
sampai meninggal dunia , Innaalillaahi Wa innaa ilaihi Rooji’uun ,Semoga Allah
mengampuni dosa-dosanya
Aa sengaja
mengangkat masalah-masalah seperti ini untuk mengingatkan kita betapa
tindakan-tindakan emosional dalam sisi manapun itu selalu akan menimbulkan
masalah yang lebih besar , bukannya meyelesaikan masalah tetapi malah akan
menjadi bencana.
Pada prinsipnya
inilah sebuah nuansa di negeri kita yang kental sekali dengan semangat yang
emosional sehingga gerak gerik kita bukannya menyelesaikan masalah tetapi bisa
jadi memperkeruh masalah , mudah-mudahan Allah mengampuni kalau analisa ini
salah dan mohon maaf kepada siapapun yang tidak nyaman dengan uraian ini tetapi ini pelajaran bagi kita semua untuk
tetap berpikir jernih berhati lapang , bertindak cermat supaya tindakan kita
benar-benar bagian dari solusi bukan menjadi bagian dari masalah.Wallahu’alam
Bishowab (mikha)[manajemenqolbu.com]***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar